Dengan kejengkelan Tiwi yang telah tersimpan sejak beberapa waktu yang lalu, rasanya telah menjadi benjolan-benjolan perasaan yang sangat menyakitkan tubuh Tiwi , suatu saat benjolan itu akan meledak untuk melenyapkan semua impian dari seseorang yang ingin mereka tarikan sepanjang jalan, yang Tiwi sama sekali tidak mengerti apa tema pertunjukan yang mungkin mereka akan tampilkan.
Begitu Tiwi bangun dari tidur dengan keletihan 6 hari diperjalanan saat Tiwi ikut tirtayatra ke Gunung Salak, tak terkendali lagi gejolak jiwa yang telah terbakar oleh kekesalan, menjadikan Tiwi seperti kesurupan dan menangis meraung raung .
Isak tangis Tiwi tak tertahankan, meluapkan gejolak emosi yang tidak dapat dibendung lagi. Kemarahan Tiwi sudah menjadi kebencian yang tak terampuni dan kebencian Tiwi malah meruak angkasa seolah-olah telah tumbuh menjadi dendam yang menggeledek dan tak mampu untuk dimaafkan.
“Tiwi anakku……. Apa yang terjadi, apa masalahmu, hendaknya kamu harus beristirahat lebih panjang dulu agar tubuhmu menjadi segar”, Ibu datang mendesak Tiwi.
Pertanyaan ibu sebenarnya pantang untuk Tiwi jawab karena sesuatu yang sungguh prinsip dan pribadi harus Tiwi selesaikan sendiri.
Tapi segenap emosi yang Tiwi gumankan bersama isak tangis yang penuh kebencian itu, ibu Tiwi yang sedikit cerdas mengerti apa sebenarnya yang terjadi dalam diri Tiwi. Secara perlahan ibu mulai mendekat dan memegang kepala Tiwi dan mengelus-elus rambut Tiwi yang sedang berantakan. Tiwi adalah satu-satunya anak tempat ibu membagi kasih ,ia sangat sayang sama Tiwi,…… sayaaaang sekali.
“ Nak, sampaikanlah pada ibu apa sih yang sebenarnya terjadi, kesusahanmu adalah kesusahan ibu dan tetap akan menjadi beban kita kalau kamu tak menyatakanya”.
Beberapa menit dalam diam Tiwi, bersama dengan pertanyaan ibu yang berulang-ulang, pikiran Tiwi sempat terlena melintas dalam hayal dengan seikat kenangan pahit di Tugu Monas. Kenangan itu membuat perasaan Tiwi semakin kalut karena terselimuti kebencian yang amat sangat bahkan menjadi prahara yang terus berseteru dalam hati .
Tugu Monas yang menjulang tinggi tampak perkasa, berdiri megah sebagai icon kota Jakarta, sebagai simbol keagungan Indonesia, menjadi sumber inspirasi yang menggugah setiap pengunjungnya, begitu dikagumi, tapi bagi Tiwi semuanya itu hambar tak ada pujian di hati Tiwi untuknya karena pikiran Tiwi terkontaminasi oleh kejengkelan dan kemarahan Tiwi pada seseorang .
Tugu Monas dengan ketinggian 132 m, dipelataran puncaknya dapat terlihat panorama kota Metropolitan Jakarta dengan segenap gedung pencakar langit begitu indah, mereka pada semua mengaguminya tapi dalam pikiran Tiwi sama sekali tidak ada kesan mempesona seperti itu, malah kebencian Tiwi makin terpuruk pada seseorang .
Diorama sejarah Indonesia yang terletak dikaki monument yang dipandang sumber renungan sangat menggugah hati pengunjung, yang dapat membangkitkan patriotisme generasi bangsa, Bagi Tiwi sedikitpun tak tertarik akan keistimewaannya malahan Tiwi semakin merasakan kekecewaan dan penyesalan yang amat sangat pada seseorang,
Dengan isak sedu sedan …Tiwi menjawab pertanyaan ibu .
“Bu……. Tiwi jengkel,….. Tiwi kecewa, …..Tiwi sakit hati. …… hanya ibu yang tahu pasti bagaimana keperibadian Tiwi, …. Tiwi tak senang akan pujian itu ,Bu,… pujian dan pujian segala… Pujian bagi Tiwi sangat melemahkan jiwa Tiwi , Tiwi tak perlu perhatian…. perhatian dan…. perhatian yang sangat….. perhatian. Tiwi jengkel.Perhatian yang berkelebihan itu menyebabkan Tiwi merasa malu, malu dengan ejekan teman walau mereka hanya berkelakar , sudah cukup rasanya Tiwi untuk diperhatikan,biar ditutup lembaran itu .Bagi Tiwi ibu harus maklum dan paham ,disana ada tanggung jawab moral yang sangat sensitif bagi mereka yang tidak mengerti dengan sebuah perhatian. Kadang-kadang mengundang suatu pertanyaan yang menyebabkan mereka berinterpretasi negative”.
“Betul juga anakku…… tapi betapa pentingnya sebuah perhatian kan nak? Perhatian menunjukkan kedekatan hati, kedekatan itu adalah wahana untuk menyatakan curahan hati ,itu sangat penting dalam sebuah persahabatan ,saat itu kamu sakit kan ?.,kondisimu melemah ,? kamu menjadi bersemangat kembali karena motifasinya,? Sahabat sejati adalah mereka yang tahu tentang lagu kesukaanmu dan dapat mereka nyanyikan ketika kamu lupa akan syair-syairnya , Kamu seharusnya bersyukur kepada Tuhan karena dengan rakhmatNya kamu memperoleh seseorang yang dapat memperhatikan kamu.”
“Tapi bu……….. ,”
Ibu menyela ….,”Ya nak Tiwi, kadang-kadang kita terlalu negatif memikirkan suatu masalah yang belum pasti betul kita ketahui, kapan seseorang selalu berpikir seperti itu, pasti tidak akan bahagia. Kemarahan, kebencian, dan dendam bukan singasananya kebahagiaan. Dibalik lembaran negatif yang kamu pikirkan masih ada misteri yang tersembunyi yang membuat kita akan tersenyum. Tiwi anaku……kamu harus tenang dan sabar mengadapi masalah ini karena di dalam ketenangan dan kesabaran kamu akan dapat meneguk air suci kasih , kasih itu adalah Tuhan .Tuhan adalah kebahagiaan yang kita pinta. Memasrahkan diri kepada Tuhan dengan ketidak berdayaan kita Tuhan Maha Terpuji akan menolongmu.”
Kelembutan usapan tangan ibu pada buliran-buliran air mata yang akan mengering dipipi Tiwi membuat Tiwi menjadi tersanjung.
“Nak………” Ibu meneruskan ucapannya ,………” Kemarin lusa ada seorang pemuda datang kerumah ini menemui ibu dengan membawa sebungkus coklat kesukaanmu, ia menanyakan kamu dan ia bilang, Tiwi pasti aman dan damai di perjalanan tournya bu”.
“Kok kamu tau nak,?” Ibu meneruskan.
“Ya bu , kemarin mengawali perjalanan wisatanya Tiwi ,aku telah titip pesan kepada seorang teman agar ia memperhatikan Tiwi secara khusus dan menjaga kesehatan Tiwi, karena saya tahu Tiwi kondisi fisiknya sering kurang sehat. Saya ini pacar Tiwi bu, perkenalkan bu ……..,”
“O ya bu…,”Tiwi akhirnya menghela nafas panjang .
“Bu…Tiwi terlalu tergesa gesa membuat keputusan, untuk memponis seseorang .”
“Ya nak inilah sebuah pembelajaran buat kita, pelajaran yang paling berharga. Hari sudah menjelang malam, nak Tiwi harus mandi”, seru kasih ibu pada Tiwi.
A ir shower yang megguyur seluruh tubuh Tiwi membuat hati Tiwi damai dan bahagia seperti bahagianya hati teman- teman ketika berada dipuncak menara Monas. Angin spoi-spoi dipelataran puncak Monas sekarang sejuk bersilir seindah hati sahabat yang mau memaafkan Tiwi. Serpihan kecil di Tugu Monas adalah ajimat sakti yang dapat mempertajam kesadaran Tiwi dan bukan misteri lagi . “Ya Tuhan, ini kupersembahkan setitik air mata kebahagiaan ku dikaki padmaMu Yang Agung , Kupasrahkan jiwa raga yang tak berdaya ini”.